Powered By Blogger

Selasa, 01 Februari 2011

Para Penipu Ummat Yang Bermuka Dua

Orang Melayu punya pepatah dalam mengungkapkan tentang betapa buruknya akhlaq perangai para pengkhianat dan penipu yang tidak bisa dipercaya. Dikatakan orang yang demikian itu sebagai orang yang bermuka dua. Sejarah manusia-manusia bermuka dua ini terus menerus ada dalam sejarah kehidupan manusia dan lebih khusus lagi dalam sejarah kehidupan kaum Muslimin. Motif penipuan terhadap Ummat Islam dari masa ke masa hampir sama, yaitu operasi penipuan yang dilakukan oleh orang-orang bermuka dua. Untuk itulah melalui tulisan ini, saya merasa perlu mengingatkan segenap pembaca yang budiman, salah satu bahaya yang terus-menerus mengecohkan Ummat Islam. Yaitu bahaya orang-orang yang bermuka dua.
Iblis la'natullah `alaih melakukan operasi penipuan pertama kali dengan model dua muka. Dia bersumpah dengan nama Allah, bahwa ia adalah pihak yang menasehati Adam dan Hawwa'`alaihimas salam dengan penuh ketulusan, ketika ia menyuruh keduanya untuk memakan buah terlarang di sorga Allah. Dan akhirnya Adam dan Hawwa tertipu untuk melanggar larangan Allah karenanya. Cara penipuan yang demikian ini rupanya sangat efektif menurut anggapan iblis dan anak buahnya. Sehingga berbagai manuver penipuan setelah itu, selalu dilakukan dengan model dua muka. Namun kelemahan manusia yang amat fatal ialah tidak mengambil pelajaran dari berbagai kejadian di masa lalu, akibatnya mereka disengat dari satu lobang untuk kedua kalinya.

MAKAR JAHAT DI BALIK WAJAH ISHLAH
Ishlah itu maknanya ialah melakukan upaya kebaikan dan perbaikan di kalangan manusia pada umumnya dan di kalangan kaum Muslimin pada khususnya. Fitrah manusia amat senang dengan apa yang dinamakan ishlah . Karena itu, setiap ada pernyataan atau simbul dan seruan ishlah , akan mendapat dukungan serta simpati dari kebanyakan orang. Dan dengan alasan inilah, orang-orang munafiq dalam upaya menutupi makar jahatnya selalu berkamuflase dengan penampilan sebagai orang-orang yang berkeinginan untuk ishlah . Manuver penipuan yang mereka lakukan terhadap Ummat Islam dengan berkedok ishlah , telah diceritakan oleh Allah Ta`ala dalam firman-Nya:
“Dan apabila dikatakan kepada mereka, jangan kalian membikin kerusakan di muka bumi. Mereka (membalas nasehat itu dengan) mengatakan: Hanyalah kami ini adalah orang-orang yang mengupayakan ishlah . (Allah pun membantah pernyataan mereka dengan menyatakan:) Ketahuilah sesungguhnya mereka itu adalah orang-orang yang membikin kerusakan di muka bumi, akan tetapi mereka tidak merasa.” ( Al-Baqarah : 11 – 12)
Al-Imam Ibnu Jarir At-Thabari rahimahullah menerangkan tafsir bagi ayat ini sebagai berikut: “Dan membikin kerusakan di muka bumi maknanya ialah: Melakukan padanya apa-apa yang dilarang oleh Allah dan menelantarkan apa-apa yang diperintahkan oleh-Nya untuk dijaga baik-baik. Maka yang demikian itu adalah pengrusakan yang total.” ( Tafsir At-Thabari , Al-Imam Abu Ja'far Muhammad bin Jarir At-Thabari, jilid 1 hal.159)
Al-Imam Abu Abdillah Muhammad bin Ahmad Al-Anshari Al-Qurthubi dalam tafsir beliau Al-Jami' li Ahkamil Qur'an jilid 1 hal. 178 membawakan keterangan Thawus bin Kisan, seorang Imam dari kalangan Ta'biin, sebagai berikut: “Ibnu Kisan telah berkata: Orang yang tidak mengerti bahwa perbuatannya itu merusak, tidaklah tercela dengan perbuatannya itu. Yang dicela itu hanyalah orang yang mengerti bahwa dia membuat kerusakan, kemudian dia terus-menerus membuat kerusakan itu dalam keadaan mengerti bahwa dia melakukan kerusakan (demi kepentingan hawa nafsunya, pent). Jadi cercaan Allah terhadap orang munafiq di ayat ini, yang dikatakan oleh-Nya bahwa mereka membuat kerusakan tetapi mereka tidak tahu kalau diri mereka membuat kerusakan, maka pernyataan ini ditafsirkan dengan dua keterangan, yaitu:
1). Mereka melakukan upaya pengrusakan dengan tersembunyi dan menampilkan bahwa diri mereka seolah-olah melakukan ishlah (kebaikan). Mereka tidak merasa bahwa segala makar yang mereka sembunyikan itu telah diketahui oleh Nabi shallallahu `alaihi wa alihi wasallam(karena diberi tahu oleh Allah).
2). Mereka menganggap bahwa kerusakan yang mereka lakukan adalah dalam rangka ishlah , sementara mereka sendiri tidak merasa bahwa manuver yang mereka lakukan adalah kerusakan. Dan mereka itu dalam keadaan mendurhakai Allah dan Rasul-Nya ketika mereka meninggalkan kewajiban untuk menerangkan kepada manusia tentang kebenaran dan sekaligus mengikuti kebenaran itu.” Demikian Al-Imam Al-Qurtubi menerangkan.
Dari keterangan-keterangan para imam tersebut, kita dapatkan penjelasan bahwa orang-orang munafiq itu melancarkan berbagai makarnya terhadap kaum Muslimin dengan berkamuflase sebagai orang-orang yang membikin upaya ishlah . Penampilan dua muka orang-orang munafiq itu adalah dalam rangka menipu ummat Islam, yaitu dalam rangka menutupi kejahatan mereka yang amat keji. Adapun kejahatan mereka terhadap ummat Islam dalam mendurhakai Allah dan Rasul-Nya ialah:
1). Selalu membikin tipu daya terhadap kaum Muslimin, sebagaimana hal ini diberitakan oleh Allah Ta`ala dalam firman-Nya:
“Dan ada segolongan manusia yang mengaku beriman kepada Allah dan Hari Kemudian, padahal mereka sesungguhnya tidaklah beriman. Mereka dengan pengakuan dusta itu ingin menipu Allah dan menipu kaum Mu'minin, akan tetapi sesungguhnya mereka itu menipu diri mereka sendiri, sedangkan mereka tidak merasa.” ( Al-Baqarah : 8 – 9).
2). Memperolok-olok dan merendahkan kaum Mu'minin / Muslimin, terutama kaum Mu'minin generasi Shahabat dan Tabi'in serta para Ulama' Ahlul Hadits. Hal ini sebagaimana yang diterangkan oleh Allah Ta`ala dalam firman-Nya:
Dan apabila dikatakan kepada mereka: “Berimanlah kalian seperti berimannya para Shahabat Nabi.” Mereka pun menjawab: “Apakah kami ini disuruh beriman seperti cara berimannya orang-orang yang dungu.” (Allah menjawab ejekan mereka dengan menyatakan:) “Ketahuilah sesungguhnya mereka itulah orang-orang yang dungu, akan tetapi mereka tidak mengerti.” (Al-Baqarah : 13)
3). Menyeru manusia untuk berbuat kemungkaran dan mencegah manusia untuk berbuat kebaikan. Membangkitkan semangat manusia untuk berbuat kemungkaran dan berusaha dengan sungguh-sungguh untuk menghalangi dan menjegal segala upaya untuk berbuat kebaikan. Hal ini sebagaimana difirmankan oleh Allah Ta`ala:
“Orang-orang munafiq dari kalangan pria dan wanita, sebagian mereka atas sebagian yang lainnya menyeru kepada kemungkaran dan mencegah berbuat baik dan mereka menahan tangannya untuk bershadaqah. Mereka melupakan Allah, sehingga Allah pun melupakan mereka. Sesungguhnya orang-orang munafiq itu adalah orang-orang yang fasiq.” ( At-Taubah : 67)
4). Memuji Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wasallam di depan kaum Mu'minin, tetapi di belakang kaum Mu'minin, mereka mendustai dan mengkufurinya. Allah Ta`ala memberitakan kedustaan mereka sebagai berikut:
(artinya) “Apabila datang kepadamu orang-orang Munafiq, mereka menyatakan: “Kami bersaksi bahwa engkau adalah Rasul-Nya (yakni utusan Allah).” Dan Allah bersaksi bahwa engkau adalah Rasul-Nya dan bersaksi pula bahwa orang-orang munafiq itu telah berdusta. Mereka menjadikan sumpah palsu mereka sebagai tameng (untuk menutupi kedustaan mereka) sehingga dengan itu mereka menghalangi manusia dari jalan Allah. Mereka itu amat jahat perbuatannya.” Al-Munafiqun : 1 – 2).
5). Mereka suka memperolok-olok Agama Allah dan membangun hubungan persahabatan erat dengan orang-orang kafir. Hal ini sebagaimana difirmankan oleh Allah Ta`ala sebagai berikut:
(artinya) “Beri kabar kepada orang-orang munafiq bahwa mereka akan menerima adzab yang pedih. Mereka itu adalah yang menjadikan orang-orang kafir sebagai sahabat kentalnya, dengan tidak menjadikan kaum Mu'minin sebagai sahabat. Apakah mereka itu dengan sikap yang demikian karena mengharapkan kemuliaan di sisi orang-orang kafir, padahal semua kemuliaan itu milik Allah jua. Padahal telah turun kepada kalian kitab, tetapi bila kalian mendengar ayat-ayat Allah, kalian mengingkarinya dan memperolok-olokkannya. Oleh karena itu, kalian kaum Mu'minin, jangan duduk dengan mereka ketika sedang memperolok-olok ayat-ayat Al-Qur'an itu, sehingga mereka berpindah omongan dengan omongan lainnya. Sebab kalau kalian kaum Mu'minin masih duduk dengan mereka ketika mereka memperolok-olok Al Qur'an, maka berarti kalian adalah seperti mereka juga. Sesungguhnya Allah mengumpulkan orang-orang munafiq itu di neraka Jahannam dengan orang-orang kafir bersama-sama.” An-Nisa' : 138 –140)
Dengan demikian, lengkaplah kedurhakaan orang-orang munafiq dan kejahatannya terhadap Islam dan Muslimin. Segala kejahatan mereka tersebut dianggap ringan oleh banyak orang, karena orang-orang munafiq itu menutupi kejahatannya dengan penampilan sebagai pihak yang sedang mengupayakan ishlah . Sehingga banyak kaum Muslimin terkecoh karenanya, bahkan akhirnya menjadi ujung tombak berbagai manuver jahat para pengkhianat dan penipu itu.

BENTUK LAIN KEMUNAFIKAN
Perkembangan situasi dan kondisi Ummat Islam dari masa ke masa, akhirnya menampilkan kemunafikan model baru dalam menipu dan mengkhianati ummat Islam. Model baru kemunafikan tersebut adalah melalui bid'ah yang dilansir di kalangan Ummat Islam lengkap dengan syubhat dan syahwat.
Syubhat itu adalah pengkaburan agama dengan cara menjungkir-balikkan keterangan agama, ketika kebodohan Ummat merajalela di kalangan mereka. Sedangkan syahwat itu adalah ambisi dan keinginan keras terhadap berbagai kepentingan dunia, sehingga karenanya hawa nafsu mendominasi akal dan pikirannya dalam memahami agama. Akibatnya keterangan agama itu difungsikan hanya menjadi pembenar terhadap segala selera hawa nafsu itu.
Demikianlah syubhat dan syahwat itu sebagai jalan masuk berbagai bid'ah-bid'ah di kalangan Ummat Islam dalam kehidupan beragama mereka. Dan ketika berbagai bid'ah itu bercokol di kalangan Ummat Islam, muncullah para penganut dan pembela bid'ah yang sering dinamakan ahlul bid'ah. Golongan ahlul bid'ah tersebut selalu menghadapi Ummat Islam dengan dua muka yang sering diistilah sebagai taqiyyah . Golongan ini penuh rencana jahat terhadap Ummat Islam dan amat berkepentingan untuk terjadinya perpecahan di kalangan Ummat ini, melalui penanaman semangat hizbiyyah (yakni pengelompokan kaum Muslimin yang tidak berdasarkan dalil). Golongan Ahlul Bid'ah selalu bersekongkol dengan musuh-musuh Islam untuk merendahkan dan menghinakan Ummat Islam, terutama para Ulama'nya dari kalangan Shahabat Nabi shallallahu `alaihi wa alihi wasallam , kemudian Ulama' dari kalangan Tabi'in dan Tabi'it Tabi'in, kemudian segenap Ulama' Ahlul Hadits dari masa ke masa sampai hari kiamat kelak. Para Ulama' inilah yang menjadi sasaran penghinaan dan pelecehan ahlul bid'ah. Jadi ahlul bid'ah itu adalah bentuk lain gerombolan orang-orang munafiq di zaman ini, waspadalah terhadap golongan ini dan jangan terkecoh oleh tipu muslihat mereka.
Salah satu bentuk gerakan Ahlul Bid'ah yang memakai kedok ishlah adalah gerakan yang menamakan dirinya Madrasah ishlahiyyah . Gerakan ini digagas oleh seorang tokoh dari Mesir bernama Muhammad Abduh yang dibantu oleh murid setianya dan sekaligus sebagai juru kampanyenya yang paling tangguh bernama Muhammad Rasyid Ridha. Faham bid'ah yang diperjuangkan oleh gerakan ini adalah Mu'tazilah , yang menyatakan bahwa akal pikiran adalah sandaran kebenaran untuk memahami Al-Qur'an dan Al-Hadits. Bahkan bila keterangan Al-Qur'an dan Al-Hadits itu bertentangan dengan akal, maka menurut Muhammad Abduh ialah: “Pokok Kedua Dari Islam ialah mengedepankan akal dari pada keterangan dhahir dari Syari'ah ketika terjadi kontradiksi.” Demikian Abduh memberikan judul tulisannya, kemudian dia menerangkan prinsip hidupnya dalam memahami agama, sebagai berikut: “Aku dengan segera menerangkan kepadamu satu prinsip yang diikuti dan disepakati oleh segenap Ummat Islam kecuali hanya sekelompok kecil yang tidak perlu dianggap, bahwa bila akal bertentangan dengan keterangan dalil naqli (yakni Al-Qur'an dan Al-Hadits, pent), maka yang diambil ialah pandangan akal. Adapun dalil naqli yang bertentangan dengan akal itu diperlakukan dengan dua cara; yaitu: Mengakui keshahihan (keakuratan) riwayat dalil naqli itu tetapi diakui pula ketidakmampuan kita untuk memahami maknanya, dan menyerahkan kepada Allah tentang makna sesungguhnya. Cara kedua, mencocokkan makna dalil naqli itu, tetapi tetap terikat dengan qaidah-qaidah bahasa Arab, dengan apa yang dipahami oleh akal.” (lihat Al-Islam wan Nasraniyah , Muhammad Abduh, hal. 56, yang diterbitkan dan diberi catatan kaki dan pengantar oleh Muhammad Rasyid Ridha).
Penerapan pola pikir yang diutarakan oleh Muhammad Abduh seperti ini ternyata menunjukkan kepada kita bahwa yang dimaksud olehnya dengan akal sebagai pokok penilaian terhadap dalil naqli dan pandangan akal yang harus dimenangkan bila dalil naqli bertentangan dengannya ialah logika materialis. Pola pikir yang demikian ini tentu tidak bisa dikatakan sebagai landasan berfikir gerakan ishlah . Karena akibat gerakan yang dilandasi oleh pemahaman demikian ini akan menyeret kaum Muslimin kepada pengingkaran kepada beberapa keyakinan agamanya yang tidak bisa dinalar oleh logika materialis, seperti keyakinan adanya makhluq yang bernama Malaikat dan Jin. Muhammad Abduh dengan logika materialismenya akhirnya mengingkari keberadaan makhluq-makhluq tersebut dengan alasan bahwa apa yang dikatakan makhluq-makhluq tersebut tidak bisa dibuktikan dengan logika materialis (lihat tafsir Al-Manar , Muhammad Rasyid Ridha, jilid hal. ). Yang demikian ini tentu bukan ishlah , tetapi ifsad(pengrusakan).
Muhammad Abduh dengan logika materialismenya juga menggulirkan ide persatuan agama-agama samawi (yaitu Yahudi, Nasrani, dan Islam). Abduh menulis surat kepada Pendeta Ishaq Tailor, seorang tokoh agama Nasrani yang mengkampanyekan persatuan agama-agama samawi tersebut. Dia dalam suratnya itu mengelu-elukan dan menyatakan dukungannya yang penuh kepada ide sang pendeta, sembari menyatakan: “Dan kita melihat bahwa Taurat, Injil dan Al-Qur'an akan menjadi kitab-kitab suci yang yang mencocoki satu dengan yang lainnya, dan akan menjadi lembaran-lembaran yang saling membenarkan satu dengan lainnya, yang semuanya akan dipelajari oleh anak-anak dari kedua agama (Islam dan Nasrani), dan akan dihormati kitab-kitab itu oleh tokoh-tokoh dari kedua agama, sehingga akan sempurnalah cahaya Allah di muka bumi, dan akan menanglah agama-Nya yang benar atas segenap agama-agama yang lainnya.” ( Al-A'mal Al-Kamilah , kumpulan karya-karya tulis Muhammad Abduh, penyunting: Muhammad Ammarah, jilid 2 hal. 356, Darus Syuruq cetakan th. 1414 H / 1993 M).
Pandangan yang demikian tentu tidak bisa sama sekali untuk dikatakan ishlah . Bahkan semestinya, yang demikian ini dinamakan ifsad . Karena Al-Qur'an telah menyatakan pandangan Allah Ta`ala terhadap kesesatan dan kafirnya orang-orang Yahudi dan Nasrani.
1). Terhadap orang-orang Yahudi Allah Ta`ala menyatakan:
“Katakanlah: Apakah kalian mau aku beri kabar dengan hukuman Allah yang paling jelek bagi kalian orang-orang Yahudi, yaitu orang-orang yang dikutuk oleh Allah dan dimurkai atasnya. Dan sebagian orang-orang yang dikutuk itu Allah jadikan monyet-monyet dan babi-babi dan mereka itu dikutuk karena menyembah para setan. Mereka itu adalah sejelek-jelek manusia dan orang-orang yang paling sesat.” ( Al-Maidah : 60).
2). Terhadap orang-orang Nashara Allah Ta`ala menyatakan:
“Sungguh telah kafir orang-orang yang mengatakan: Sesungguhnya Allah itu adalah Al-Masih bin Maryam.” ( Al-Maidah : 17)
3). Terhadap agama Islam Allah menyatakan:
“Pada hari ini Aku telah sempurnakan bagi kalian agama kalian dan Aku sempurnakan nikmat-Ku atas kalian dan Aku ridha Islam menjadi agama bagi kalian.” ( Al-Maidah : 3)
Sedang syarat dari Allah Ta`ala terhadap Yahudi dan Nashara bila ingin bersatu dengan kaum Muslimin adalah mentauhidkan Allah dalam segala bentuk peribadatan dan tidak menyekutukan-Nya dengan yang lain-Nya. Hal ini dinyatakan oleh Allah Ta`ala dalam firman-Nya sebagai berikut:
“Katakanlah: Wahai Ahlul Kitab (yakni orang-orang Yahudi dan Nasrani), kemarilah kalian kembali kepada kata yang satu di antara kami dengan kalian. Yaitu kita tidak beribadah kecuali hanya bagi Allah dan kita menyekutukan-Nya dengan yang lain-Nya. Dan tidaklah sebagian kita menjadikan sebagian yang lainnya sebagai sesembahan selain Allah. Maka bila kalian menolak ajakan ini, katakanlah kepada mereka: Sesungguhnya kami adalah orang-orang Muslim yang tunduk kepada Syari'at Allah.” ( Ali Imran: 64)
Menyerukan kesatuan agama-agama samawi dengan tidak membangunnya di atas ketauhidan ibadah bagi Allah adalah berarti merusakkan prinsip utama dan terutama bagi Islam, yaitu prinsip ketauhidan dalam peribadatan. Dan pengrusakan terhadap prinsip ini adalah pengrusakan yang amat mendasar. Maka tidak mungkin yang demikian ini dinamakan ishlah , bahkan mestinya dinamakan ifsad .

UPAYA ISHLAH YANG DILAKUKAN OLEH KAUM MU'MININ
Setelah kita mengerti kedok-kedok ishlah yang ada di kalangan orang-orang munafiqin, maka kita perlu mengerti hakikat ishlah itu sendiri. Dalam keterangan Al-Qur'an dan Al-Hadits, kita dapati beberapa ungkapan sebagai berikut:
1). Ishlah yang dilakukan oleh para Nabi dan Rasul Allah dalam rangka menjalankan misi dakwah mengajak manusia ke jalan Allah Ta`ala dengan agama yang diridhoi olehNya. Hal ini seperti yang diberitakan tentang perjuangan dakwah Nabi Syu'aib `alaihis salam di kalangan kaumnya yaitu penduduk negeri Madyan, dalam Al-Qur'an surat. Hud 88:
“Syu'aib berkata: Wahai kaumku, bagaimana pandanganmu bila aku di atas kebenaran dari Tuhanku dan Dia menganugerahi aku dari sisi-Nya dengan anugerah yang baik. Dan aku tidaklah ingin menyelisihi kalian dalam apa yang kalian telah dilarang darinya. Aku tidak menginginkan dari kalian kecuali ishlah dengan sebesar kemampuanku. Dan tidak ada yang memberi taufiq (bimbingan) bagiku kecuali Allah. Kepada-Nyalah aku bertawakkal dan kepada-Nyalah aku bertaubat.” ( Hud : 88)
2). Perintah Allah Ta`ala terhadap kaum Mu'minin untuk mengupayakan ishlah diantara mereka dalam menjalankan ketentuan agama Allah. Hal ini ditegaskan oleh-Nya dalam Al-Qur'an di surat Al-Anfal 1:
“Mereka bertanya kepadamu tentang harta rampasan perang. Katakanlah sesungguhnya harta rampasan perang itu adalah milik Allah dan Rasul-Nya. Maka bertaqwalah kepada Allah dan upayakanlah ishlah di antara kalian dan taatilah Allah dan Rasul-Nya bila kalian memang sebagai orang-orang Mu'min.” ( Al-Anfal : 1)
3). Perintah Allah Ta`ala terhadap kaum Mu'minin untuk mengupayakan ishlah diantara mereka dalam rangka memadamkan pertikaian dan perselisihan yang terjadi diantara sesama kaum Mu'minin. Hal ini ditegaskan oleh-Nya dalam Al-Qur'an surat Al-Hujurat 10:
“Hanyalah kaum Mu'minin itu bersaudara di antara mereka. Oleh karena itu upayakanlah ishlahdi antara kalian dan bertaqwalah kepada Allah. Semoga dengan taqwa itu kalian akan dirahmati-Nya.” ( Al-Hujurat : 10)
4). Perjuangan ishlah sekelompok kecil dari kaum Mu'minin ketika Islam telah dianggap sebagai agama yang asing oleh ummat manusia umumnya dan Ummat Islam khususnya. Hal ini telah ditegaskan oleh Nabi kita Muhammad shallallahu `alaihi wa alihi wasallam sebagai berikut:
“Islam itu mulai didakwahkan dalam keadaan asing dan akan kembali dianggap asing sebagaimana semula. Maka beruntunglah orang-orang yang terasing (karena menjalankan agama dengan benar, pent).” (HR. Muslim dalam Shahih nya, Kitabul Iman bab Bada'al Islamu Ghariban wa Saya'uudu Ghariban , hadits ke 145 / 232, dari Abi Hurairah).
Al-Imam Abu Bakr Muhammad bin Al-Husain Al-Aajurri meriwayatkan dalam kitab beliau Al-Ghuraba' Minal Mu'minin beberapa sabda Nabi shallallahu `alaihi wa alihi wasallam yang menjawab pertanyaan tentang siapakah orang-orang terasing yang beruntung itu dan apa perjuangan mereka. Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wa alihi wasallam ditanya:
“Ditanyakan: Siapakah mereka yang beruntung itu wahai Rasulullah? Beliau menjawab: Yaitu orang-orang yang melakukan upaya ishlah ketika keumuman orang dalam kerusakan.” (HR. Al-Ajurri dalam Al-Ghuraba' minal Mu'minin hal. 23 no. 1 dari Abdullah bin Mas'ud radliyallahu `anhu )
Al-Aajurri juga meriwayatkan pertanyaan kepada Rasulullah shallallahu `alaihi wa alihi wasallamdan jawaban beliau sebagai berikut:
“Dan siapakah orang-orang asing yang beruntung itu wahai Rasulullah? Beliau pun menjawab: Ialah orang-orang shalih yang sedikit jumlahnya di tengah-tengah kebanyakan orang yang telah rusak aqidah dan akhlaqnya. Orang yang menentangnya lebih banyak dari pada orang yang menurutinya.” (HR. Al-Ajurri dalam Al-Ghuraba' minal Mu'minin hal. 28 no. 6 dari Abdullah bin Amru)
5). Perjuangan kelompok kecil dalam melakukan ishlah itu disebutkan dalam beberapa riwayat sebagai berikut ini:
a). Membantah segala bentuk penyimpangan agama Allah yang dilakukan oleh para pencoleng agama:
“Akan mewarisi ilmu ini dari setiap generasi, orang-orang yang terpercaya daripadanya. Mereka itu melakukan upaya membantah segala penafsiran orang-orang bodoh, dan kebohongan orang-orang sesat, serta membantah penyimpangan orang-orang yang melampaui batas.” (HR.Baihaqi dalam Sunan Al-Kubra jilid 10 halaman 209 dari Ibrahim bin Abdurrahman Al-Adzari).
b). Membangkitkan kembali semangat mempelajari dan mengamalkan Al-Qur'an dan As-Sunnah setelah Ummat Islam keumumannya dalam keadaan menjauhi dan atau jahil tentang keduanya:
“Sesungguhnya Allah akan membangkitkan bagi ummat ini setiap seratus tahun, orang yang akan memperbaharui agama mereka.” (HR. At-Thabrani dalam Al-Mu'jamul Ausath jild 6 halaman 323 – 324, riwayat ke 6527, dari Abi Hurairah radliyallahu `anhu ).
c). Terus-menerus istiqamah dalam melakukan perjuangan menyeru manusia kepada kebenaran dan mencegah manusia dari kemunkaran, walaupun beresiko menghadapi pengucilan dari ummatnya:
“Bahkan kalian terus-menerus menyeru manusia kepada kebenaran dan mencegah manusia dari kemunkaran. Sehingga engkau melihat kekikiran yang keterlaluan, dan hawa nafsu yang dituruti, dunia yang diutamakan, dan setiap orang berbangga dengan pikirannya. Bila terjadi semua itu, maka engkau harus lebih utamakan keselamatan dirimu dan orang-orang khusus bagimu, dan hati-hatilah engkau dari urusan keumuman masyarakat. Karena hidup di tengah-tengah mereka itu adalah hari-hari kesabaran. Orang yang berhasil sabar di kalangan mereka dalam terus menempuh kebenaran, adalah seperti orang yang sedang memegang bara api. Dan orang yang terus beramal (dengan Al-Qur'an dan As-Sunnah) di tengah masyarakat demikian, adalah seperti orang yang mendapat pahala lima puluh kali lipat dari amalan kalian (yakni para Shahabat Nabi shallallahu `alaihi wa sallam ).” (HR. Abu Dawud dalam Sunan nya hadits ke 4341, dan Tirmidzi dalam Sunan nya hadits ke 3058, dari Abu Tsa'labah Al-Khusyani).
Demikianlah perjuangan ishlah yang dilakukan oleh kelompok kecil yang terus-menerus melakukan upaya ishlah di tengah masyarakatnya yang rusak pemahaman dan pengamalan agamanya. Ishlah yang dilakukan kelompok ini tentu adalah makna ishlah yang sesungguhnya. Semangat ishlah yang dilakukan kelompok kecil ini dengan mengacu kepada semangat mengikhlaskan amalannya hanya untuk Allah semata, jauh dari syirik dan semangat ittiba'(yakni mengikuti tuntunan As-Sunnah) semata, jauh dari bid'ah. Ibnu Qayyim Al-Jauziyahrahimahullah menerangkan dalam kitabnya yang berjudul I'lamul Muwaqqiin `an Rabbil Aalamin jilid 1 hal 109 – 110 sebagai berikut:
“Maka ishlah yang diperbolehkan dilakukan di antara kaum Muslimin adalah ishlah yang bersandarkan kepada keridlaan Allah dan keridlaan kedua pihak yang bertikai. Maka yang demikian itu adalah ishlah yang paling adil dan paling benar. Yaitu ishlah yang bersandar kepada ilmu (yakni ilmu Al-Qur'an dan Al-Hadits) dan juga bersandarkan kepada keadilan. Sehingga orang yang melakukan upaya ishlah itu haruslah dalam keadaan sebagai orang yang berilmu dengan situasi dan kondisi dimana terjadi padanya pertikaian itu, dan juga haruslah orang yang berilmu tentang apa yang diwajibkan oleh agama, serta bertujuan untuk menegakkan keadilan. Maka orang yang melakukan ishlah dengan cara demikian ini lebih mulia dari derajatnya orang yang melakukan puasa dan shalat, sebagaimana hal ini telah diberitakan oleh Nabi Muhammad shallallahu `alaihi wa alihi wasallam dalam sabdanya sebagai berikut (yang artinya): “Maukah aku beritahukan kepada kalian tentang orang yang lebih utama dari derajatnya orang yang suka berpuasa dan orang yang menunaikan shalat?” Para Shahabat menjawab: “Bahkan kami menginginkannya wahai Rasulullah.” Maka beliau pun bersabda: “Ialah orang yang melakukan upaya ishlah di antara dua pihak yang bertikai. Karena kerusakan hubungan antara dua pihak yang bertikai itu adalah penggundul. Ketahuilah, sesungguhnya aku tidaklah menyatakan penggundulan rambut. Akan tetapi penggundulan agama.” (Lihat I`lamul Muwaqqiin jilid 1 hal. 110). Demikian Ibnu Qayyim menerangkan.
PENUTUP
Tipu daya terus berlangsung terhadap Ummat Islam dengan model penipuan beraneka wajah. Tentu yang ditampilkan oleh para penipu itu adalah wajah-wajah simpatik bagi keumuman orang. Dan wajah simpatik yang paling diminati oleh kebanyakan orang ialah seruan-seruan dan penampilan-penampilan untuk persatuan ummat dan ishlah di kalangan Ummat Islam. Berbagai kejahatan dibungkus rapih dengan seruan-seruan dan penampilan-penampilan simpatik tersebut dalam rangka melancarkan berbagai makar jahat terhadap Ummat Islam. Tetapi Allah Ta`ala selalu membongkar segala makar jahat tersebut di hadapan Ummat Islam, cepat atau lambat. Allah Ta`ala akan menghinakan dan merendahkan orang-orang yang melancarkan makar jahat terhadap Dakwah Salafiyah Ahlis Sunnah wal Jama'ah, cepat atau lambat. Karena Dakwah ini adalah nasib masa depan Ummat ini di dunia dan akherat. Maka dari itu, hati-hatilah kita dari tipu daya yang berpenampilan demikian. Jangan tersamar oleh semangat persatuan dan ishlah yang sebenarnya sebagaimana yang diajarkan oleh Al-Qur'an dan As-Sunnah. Kita harus mempunyai kemampuan furqan . Yaitu kemampuan membedakan mana yang asli dengan mana yang palsu. Sebab sekarang ini banyak barang palsu yang ditawarkan kepada kita.
Al Ustadz Ja'far Umar Thalib 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar